Perjuangan Berdarah Menuju Kemerdekaan Pertempuran Surabaya, Medan, Bandung, dan Manado dalam Menghadapi Tantangan Sekutu-Belanda

Proklamasi Kemerdekaan merupakan dasar bangsa Indonesia untuk membangun dan mengisi kemerdekaan. Namun setelah berhasil memproklamasikan kemerdekaan Indonesia harus menghadapi serangan bersenjata oleh Belanda, selain menghadapi Belanda bangsa Indonesia juga menghadapi tantangan dari dalam negeri. Berikut ini merupakan perjuangan bangsa Indonesia dalam menghadapi Sekutu Belanda:

Pertempuran Surabaya 10 Nopember 1945

Pertempuran Surabaya tidak lepas dari perebutan kekuasaan dan senjata dari tangan Jepang. Untuk itu sekutu mengirim wakilnya A.W.S Mallaby ke Indonesia dan berhasil mencapai kesepakatan diantaranya:
  1. Ingris tidak membawa angkatan perang Belanda
  2. Terjalin kerjasama menjamin keamanan dan ketentraman
  3. Akan membentuk kontak biro untuk kerjasama
  4. Ingris hanya melucuti senjata perang Jepang saja
Setelah mencapai kesepakatan Ingris mengingkari kesepakatan faktanya satu peleton pasukan Field Security Section dipimpin Kapten Shawn menyerang penjara Kalisosok untuk membebaskan Kolonel Huiyer angkatan laut Belanda. Selain itu Ingris juga menyebarkan perintah agar Surabaya dan Jawa Timur khususnya menyerahkan senjata. Selebaran ini juga ditanggapi oleh A.W.S Mallaby dan bertindak sesuai isi perintah tersebut. Hal ini kemudian menyebabkan hilangnya kepercayaan bangsa Indonesia terhadap Ingris. 

Pertempuran tidak dapat dihindari 27-30 Oktober 1945 terjadi pertempuran sehingga A.W.S Mallaby berhasil di tangkap. Melihat kenyataan ini komandan Sekutu mengusulkan kepada Presiden Suekarno. Menanggapi hal tersebut Suekarno, Hatta dan Amir Syarifudin berkunjung ke Surabaya dan berhasil mendamaikan suasana pada 30 Oktober 1945. Namun sepulangnya Suekarno dan rombongan pertempuran kembali terjadi sehingga A.W.S. Mallaby terbunuh.

Semangat Pemuda Surabaya untuk mengusir Penjajah

Terbunuhnya A.W.S. Mallaby ditanggapi Ingris dengan mengirim 24.000 Pasukan dipimpin Mayor Jendral Mansergh. Tanggal 9 November 1945 Ingris mengeluarkan peringatan agar semua pemimpin bangsa Indonesia di Surabaya harus menyerah selambat-lambatnya 10 November 1945 pukul 06.00 pagi dengan membawa bendera merah putih tanda menyerah. Namun peringatan tersebut tidak ditaati sehingga 10 November 1945 terjadi pertempuran besar di Surabaya.

Pertempuran Medan Area 9 November 1945: Puncak Konflik Kemerdekaan Indonesia

Mendaratnya pasukan Sekutu di Sumatera Utara pada 9 November 1945, yang dipimpin oleh Brigadir Jendral T.E.D. Kelly, memberikan awal dari ketegangan yang mendalam di kawasan tersebut. Meskipun tujuan utama kedatangan Sekutu adalah membebaskan tawanan perang Belanda, sikap sombong para tawanan tersebut memicu konflik pada 13 Oktober 1945 di Medan.

Keberanian bekas tawanan yang merendahkan lencana merah putih memprovokasi pemuda Indonesia, yang kemudian menyerang tempat penginapan Sekutu seperti hotel De Boer, Grand Hotel, dan Hotel Astoria di Medan. Serangan ini meluas ke berbagai daerah di Medan. Dalam merespons kondisi yang semakin memanas, pada 10 Oktober 1945, TKR Sumatera Timur dibentuk di bawah pimpinan Achmad Tahir. Mantan anggota Giguyun dan Heiho dipindahkan ke Sumatera Timur, dan Pemuda Republik Indonesia Sumatera Timur terbentuk pada 15 Oktober 1945.

Brigadir Jendral T.E.D. Kelly, sebagai bentuk intimidasi, mengancam akan menembak mati setiap pemuda yang tidak menyerahkan senjata kepada Sekutu. Ancaman ini menyebabkan pemuda terdesak, dan pada April 1946, Markas Besar TKR dan Wali Kota dipindahkan ke Pematang Siantar. Medan pun jatuh ke tangan Sekutu. Tidak menerima kekalahan, pada 10 Agustus 1946, Komando Resimen Laskar Rakyat Medan Area dibentuk. Komando ini memainkan peran kunci dalam perjuangan untuk merebut kembali kota Medan dari tangan Sekutu.

Pertempuran Bandung Lautan Api 23 Maret 1946: Kehangatan Perlawanan di Tanah Parahyangan

Oktober 1946 menyaksikan pasukan Sekutu-Ingris dan NICA memasuki Bandung, memulai serangkaian peristiwa yang memicu Pertempuran Bandung Lautan Api. Pada 25 November 1945, Bandung dibagi menjadi dua wilayah: Selatan yang dikuasai oleh Indonesia dan Utara yang dikuasai oleh Sekutu. Namun, tuntutan Sekutu untuk mengosongkan wilayah sejauh 11 Km dari perbatasan menimbulkan protes keras dari rakyat Bandung. 

Kota Bandung Menjadi Lautan Api

Mereka merespon dengan membakar kota dari Cicadas hingga Andir sebagai bentuk perlawanan terhadap penguasaan penuh Sekutu. Tragedi Bandung Lautan Api menyebabkan sekitar 1 juta penduduk mengungsi dan merenggut nyawa pahlawan seperti Muhamad Toha.

Peristiwa Merah Putih Manado 14 Februari 1946: Kemenangan Indonesia di Ujung Utara

Perlawanan terhadap Belanda tidak hanya terjadi di Medan dan Bandung, tetapi juga di Manado, Tomohon, dan Minahasa. Usaha ini membuahkan hasil saat sekitar 600 orang Belanda berhasil ditangkap dan pada 16 Februari 1946, Kota Manado sepenuhnya dikuasai oleh Indonesia.

Untuk menjaga keamanan, Pasukan Pemuda Indonesia dipimpin oleh Mayor Waisan dibentuk. Keberhasilan merebut Manado dirayakan dengan pengibaran bendera Merah Putih di seluruh Minahasa pada 14 Februari 1946. Dr. Sam Ratulangi, sebagai Gubernur Sulawesi, memainkan peran penting dengan membentuk Badan Pusat Keamanan Rakyat dan mengesahkan petisi yang menyatakan kesatuan Sulawesi dengan Indonesia, meskipun ini mengakibatkan penangkapannya dan pembuangannya ke Serui (Irian Barat/Papua).