Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri merupakan sebuah Kerajaan yang bercorak Hindu. Namun kehidupan sosial kerajaan kediri tidak berdasarkan tingkatan kasta tetapi dibedakan berdasarkan tingkah laku seseorang. Letak kerajaan Kediri yaitu di tepi sungai Brantas dengan Ibukota Daha. Melihat letak dari kerajaan Kediri sudah dapat dipastikan kehidupan ekonomi kerajaan Kediri pelayaran dan perdaganganserta dibidang pertambangan.
Letak Kerajaan Kediri
Sumber Sejarah yang menerangkan keberadaan kerajaan Kediri didapat melalui prasasti diantaranya:
  • Prasasti Sirah Keting (1104 M) tentang pemberian hadiah tanah kepada rakyat oleh Raja Jayawarsa.
  • Prasasti Tulungagung dan Kertosono tentang keagamaan berasal dari raja Bameswara (1117-1130 M).
  • Prasasti Ngantang (1135 M) tentang pemberian tanah kepada Desa Ngantang oleh Raja Jayabaya yang bebas dari pajak.
  • Prasasti Jaring dari Raja Gandra yang memuat tentang Nama-nama Hewan seperti Kebo Waruga dan Tikus Jinada.
  • Prasasti Kamulan tentang masa pemerintahan Raja Kertajaya berhasil mengalahkan musung istana Katang-katang

Sumber sejarah yang menerangkan tentang keberadaan kerajaan Kediri dari berita asing yaitu Kronik Chu Pan Chi tentang keadaan Kediri abad ke-12 dan ke-13

Kehidupan Politik kerajaan Kediri tergambar dari kepemimpinan raja-raja yang pernah memerintah kerajaan Kediri, diantaranya:
  • Raja Jaya Warsa.
  • Raja Bameswara
  • Raja Jayabaya
  • Raja Saweswara dan Raja Aryeswara
  • Raja Gandra (1181 M)
  • Raja Kameswara (1182-1185 M)
  • Raja Kertajaya (1190-1222 M) pada masa pemerintahannya Runtuhnya Kerajaan Kediri karena berusaha mengurangi Hak kaum Brahmana, kemudian kaum brahmana meminta bantuan ke pada raja Kerajaan Tumapel yaitu Ken Arok diakhiri dengan perang yang dimenangkan oeh kerajaan Tumapel
Kehidupan Budaya kerajaan Kediri tergolong sudah sangat maju. Bidang Sastra berkembang baik di kerajaan Kediri. Kemampuan dibidang sastra banyak melahirkan sastra-sastra terkenal seperti Krisnayana (Zaman Jayabaya), Bharatayudha (Mpu Sedah dan Mpu Panuluh) , Arjuna Wiwaha (Empu Kanwa), Hariwangsa (Empu Panuluh), Bhomakavia, Smaradhana, writtasancaya dan Lubdhaka (Empu Tanakung).