Pergerakan Nasional Indonesia

Pergerakan Nasional Indonesia diawali dengan timbulnya Nasionalisme didalam masyarakat Indonesia. Timbulnnya jiwa Nasionalisme membangkitkan sebuah keinginan yang luhur didalam diri masyarakat Indonesia untuk membebaskan diri dari penjajahan. Usaha demi usaha dilakukan untuk melepaskan diri dari para penjajah namun dapat dipatahkan oleh para penjajah.
Sebelum memasuki tahun 1800 usaha-usaha bangsa Indonesia untuk membebaskan diri dari penjajahan masih bersifat kedaerahan. Perjuangan-perjuangan dilakukan hanya berdasarkan kepentingan kaum, suku, dan golongan tertentu saja. Perjuangan yang masih mementingkan diri dan golongan menyebabkan perjuangan yang dilakukan dapat dipatahkan dengan mudah oleh para penjajah.

Salah satu strategi penjajah khususnya bangsa Belanda untuk mengalahkan perjuangan bangsa Indonesia mereka melakukan politik Memecah Belah Divide et Impera. Setelah masyarakat terpecah dengan perbedaan kepentingan kemudian Belanda mengadu setiap Kerajaan, Golongan, ataupun Suku sehingga terjadi pertikaian sesama penduduk pribumi bangsa Indonesia. Namun Pemenang bukan hal yang dapat dibanggakan karena Belanda akan menundukan Kerajaan, Golongan, ataupun Suku yang memenangkan pertikaian karena hanya berdiri sendiri tanpa dukungan lainnya.

Proses terbentuknya kesadaran Nasional Indonesia sebenarnya dimulai dari kemunculan golongan Liberalis dan Humanis yang sangat menentang sistem tanam paksa yang dilakukan Belanda di Indonesia. Kaum liberalis berhasil mendapatkan suara parlemen Belanda tahun 1848 sehingga mendorong Baron van Hoevel tokoh liberalis memperjuangkan penghapusan sistem tanam paksa termasuk di Indonesia. Perjuangan kaum liberalis memperjuangkan penghapusan sistem tanam paksa di Indonesia juga dilakukan oleh Edward Douwes Dekker dengan menulis sebuah buku berjudul Max Havelaar yang menceritakan penderitaan bangsa Indonesia akibat sistem tanam paksa.
Douwes Dekker
Sistem tanam paksa berhasil dihapus dan digantikan dengan sistem ekonomi liberal yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan massyarakan. Sistem ekonomi liberal diberlakukan pada tahun 1870 dan menguntungkan masyarakat pribumi. Seiring berjalannya waktu sistem ekonomi liberal mengalami banyak penyimpangan dalam sistem pelaksanaannya sehingga menimbulkan kesengsaraan rakyat pribumi. Hal ini memancing reaksi protes dari Dr. Abraham Kuyper melalui majalah De Gids tulisannya berjudul Ons Program yang menuntut pemerintah Belanda untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Kemunculan Conrad Theodore van Deventer penulis buku Debt of Honour (hutang kehormatan) dalam tulisannya tersebut van Deventer menuntut pemerintah Belanda untuk melakukan gerakan balas budi terhadap rakyat Indonesia yang mampu membebaskan negeri Belanda dari Krisis.
Van Deventer
Tulisan Van Deventer mendorong pemerintah Belanda membuat kebijakan politik etis (politik balas budi) yang mulai dilaksanakan tahun 1900. Ada tiga program utama yang direncanakan sebagai bentuk balas budi yaitu Pendidikan (edukasi), pengairan (irigasi), dan pemerataan penduduk melalui program Migrasi. Dari tiga program yang direncanakan fokus utama politik etis yaitu dibidang Pendidikan (edukasi).

Kemunculan politik etis kemudian melahirkan golongan-golongan terpelajar (Cendekiawan). Golongan-golongan terpelajar lahir dari sekolah-sekolah yang dibangun oleh Belanda diantaranya:
  1. Hootden School (Sekolah Pangreh Praja) yang kemudian diganti dengan OSVIA opleiding School voor Inlandische Ambtenare.
  2. STOVIA School Tot Opleiding Voor Inlandische Artsen sekolah tenaga kedokteran
  3. Kweekschool Sekolah Keguruan
  4. Certse Klasse (Sekolah Kelas Satu) diganti dengan HIS Holandsch Indische Scholen ditahun 1914
  5. MULO Meer Uitgebretd Layer Onderwijs didirikan tahun 1914
  6. AMS Algemeene Middlebare School berdiri pada tahun 1919
  7. Tweede Klasse sekolah dasar tingkat dua
  8. Hooge School Sekolah Tinggi Teknik 1920 sekarang ITB di Bandung
  9. Rechts Kundige Hooge School sekolah hakim tinggi tahun 1924 di Batavia
  10. Tahun 1927 STOVIA kemudian diganti dengan Genees Kundige Hoogschool Sekolah tinggi kedokteran 
Perguruan Taman Siswa
Berdirinya sekolah-sekolah melahirkan golongan cendekiawan didalam bangsa Indonesia sendiri. Golongan-golongan cendekiawan ini kemudian menemukan cara baru untuk memperjuangkan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia dengan lebih terorganisasi dan bersifat nasional. Berdirinya organisasi-organisasi pergerakan Nasional menambah berkobarnya semangat nasionalisme Indonesia tahun 1900.
Faktor Pendorong Munculnya Semangat Nasionalisme Indonesia
Faktor Pendukung terbentuknya persatuan dan kesatuan Indonesia
Organisasi-organisasi Pergerakan Nasional