Perang Perebutan Kota Konstantinopel Dinasti Utsmani Melawan Byzantium Romawi Timur

Latar Belakang Kota Konstantinopel

Kota Konstantinopel, yang kini dikenal sebagai Istanbul di Turki, memiliki latar belakang sejarah yang sangat kaya dan signifikan. Istanbul menjadi pusat ekonomi, budaya, dan sejarah yang penting di Turki.

Konstantinopel awalnya didirikan pada masa kekuasaan Kekaisaran Byzantium oleh Kaisar Konstantinus/Constantine I pada tahun 330 Masehi. Kota ini menjadi ibu kota Kekaisaran Romawi Timur. Konstantinopel menjadi kota pelabuhan yang menghubungkan dunia barat dan dunia timur, memainkan peran kunci dalam perdagangan rempah-rempah dan komoditas lainnya. Sebagai pusat perdagangan yang ramai, Konstantinopel memberikan keuntungan ekonomi yang besar bagi Byzantium.

Kaisar Constantinus I di Baptis

Untuk mempertahankan kepemilikan atas kota Konstantinopel, Byzantium membangun kekuatan politik dan militer di wilayah tersebut. Keberhasilan ekonomi dan posisinya sebagai pusat perdagangan membuat Konstantinopel menjadi pusat kekayaan dan kekuasaan, memberikan dampak yang mendalam dalam sejarah dan perkembangan peradaban di wilayah tersebut.

Ketertarikan Dinasti Utsmani Terhadap Kota Konstantinopel

Pada masa kepemimpinan Muhammad Al Fatih dari Dinasti Utsmani, kesadaran akan manfaat ekonomi dari kota Konstantinopel menjadi semakin kuat. Dinasti Utsmani menyadari potensi ekonomi kota ini dan muncul keinginan untuk menguasai kegiatan perdagangan internasional di kawasan Konstantinopel, yang pada saat itu didominasi oleh Byzantium Romawi Timur di kawasan Timur Tengah

Persiapan Perang Dinasti Utsmani Merebut Konstantinopel Dari Kekuasaan Byzantium

Untuk menghadapi kekuatan militer Byzantium, Dinasti Utsmani yang dipimpin oleh Muhammad Al Fatih melakukan serangkaian persiapan strategis agar serangan mereka berhasil. Beberapa persiapan tersebut antara lain:

  1. Mempersiapkan Logistik: Untuk keperluan perang, Dinasti Utsmani memastikan ketersediaan logistik yang memadai, termasuk persediaan makanan, senjata, dan perlengkapan lainnya.
  2. Peningkatan Jumlah Pasukan dan Aramada Laut: Dinasti Utsmani menambah jumlah pasukan perang dan memperkuat aramada laut mereka. Selain itu, terjadi peningkatan teknologi perang untuk memastikan keunggulan dalam pertempuran.
  3. Pembangunan Benteng Pertahanan: Salah satu langkah strategis adalah membangun benteng pertahanan, seperti benteng Hishar, untuk melindungi wilayah yang strategis dan sebagai posisi pertahanan yang kuat.
  4. Pembuatan Meriam Raksasa Basilica: Dinasti Utsmani juga membuat meriam raksasa yang disebut Basilica. Meriam ini menjadi salah satu inovasi teknologi perang pada masanya dan memiliki peran penting dalam pengepungan Konstantinopel.

Perang Perebutan Kota Konstantinopel  Dinasti Utsmani Melawan Byzantium Romawi Timur

Sambil mempersiapkan strategi dan perlengkapan perang, Turki Utsmani aktif dalam menyebarkan motivasi agama dan nasionalis dalam perebutan kota Konstantinopel sebagai tujuan suci untuk mengembalikan kota suci bagi umat Islam. Tahap selanjutnya, Turki Utsmani mengintai Kota Konstantinopel untuk membaca kekuatan perang Byzantium dan mencari titik lemah dari tembok-tembok pertahanan. Setelah dirasa cukup matang, akhirnya penyerangan terhadap kota Konstantinopel dimulai.

Lukisan Pertempuran di Konstantinopel

Sebelum Serangan Darat dilancarkan, Pasukan Dinasti Utsmani mengepung kota Konstantinopel dari jalur laut, sekaligus memblokade pasokan dan bantuan militer Byzantium selama 23 hari.

Serangan pertama Dinasti Utsmani dipimpin oleh Sultan Mehmed II, atau Muhammad Al Fatih dengan gelar sang penakluk, melakukan serangan percobaan untuk mengukur kekuatan pertahanan kota Konstantinopel dari jalur darat.

Serangan besar diawali dengan serangan artileri bertujuan untuk menghancurkan tembok-tembok pertahanan kota Konstantinopel. Dalam serangan ini, Turki Utsmani menggunakan meriam raksasa Basilica yang mampu menembakkan peluru dengan berat 272 kg dan jarak tempuh sejauh 1,6 km. Serangan ini berhasil meruntuhkan tembok pertahanan kota Konstantinopel.

Berdasarkan kalender Julian, pada 29 Mei 1453, pasukan Turki Utsmani berhasil memasuki kota Konstantinopel. Dalam serangan tersebut, Kaisar Bizantium Konstantin XI Palaiologos terbunuh dalam pertempuran, menjadi awal akhir kekuasaan Kekaisaran Romawi Timur di Timur Tengah.

Dampak Jatuhnya Kota Konstantinope Ditangan Turki Utsmani

Jatuhnya kota Konstantinopel dalam kekuasaan Turki Utsmani mengakibatkan terputusnya hubungan dagang antara Eropa dan Asia. Akibatnya, bangsa Eropa mengalami kesulitan mendapatkan bahan rempah-rempah yang menjadi komoditas berharga. Untuk mengatasi hal ini, orang-orang Eropa berusaha mencari rute alternatif untuk mendapatkan rempah-rempah, bahkan berupaya menemukan daerah sumbernya langsung.

Peristiwa ini berdampak besar terhadap perubahan jalur perdagangan, dimana jalur perdagangan dari jalur darat beralih menjadi jalur laut. Upaya mencari jalur laut baru ini mendorong era penjelajahan laut oleh bangsa Eropa, yang kemudian membawa dampak besar pada pembentukan dan ekspansi kekaisaran kolonial, serta mengubah dinamika perdagangan global secara signifikan