Historiografi Indonesia: Tradisional, Kolonial, dan Nasional

Historiografi di Indonesia mulai ada sejak masuknya pengaruh agama dan kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia pada abad ke-4. Prasasti Yupa adalah bukti tertua historiografi di Indonesia yang menceritakan tentang kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Historiografi Indonesia di Indonesia dibagi menjadi tiga yaitu:
  1. Historiografi Kuno
  2. Historiografi Kolonial
  3. Historiografi Nasional.
    Huruf Palawa di Prasasti Yupa
Historiografi adalah penulisan sejarah dari hasil penelitian setelah melalui tahapan heruistik, Verifikasi, dan Interpretasi. Historiografi atau penulisan sejarah sangat dipengaruhi oleh sudut pandang dari seorang peneliti namun biasanya fakta-fakta yang ditemukan akan dipertahankan. Historiografi harus dibuat semenarik mungkin, valid, dan kredibilitas.

Historiografi telah lama dikenal di Dunia. Tulisan Mesir Kuno yang kita kenal dengan huruf  hieroglif salah satu fakta historiografi telah dikenal oleh peradaban kuno. Historiografi juga dapat kita temukan dari peradaban kuno Mesopotamia dengan tulisan yang menggunakan huruf paku dalam bahasa Inggris disebut Cuneiform. Historiografi sangatlah penting untuk peradaban manusia sebagai salah satu upaya mewariskan kebudayaan baik berbentuk fisik, ilmu pengetahuan, teknologi, dan peristiwa-peristiwa penting bagi keberlangsungan hidup manusia kepada generasi-generasi selanjutnya. 

Berikut pembahasan lengkap tentang historiografi Indonesia:

1. Historiografi Kuno

Memasuki abad k-4 wilayah nusantara (Indonesia) memasuki masa Historiografi Kuno dengan ditemukannya prasasti yupa yang bertuliskan huruf palawa dengan menggunakan bahasa sansekerta. Prasasti yupa menerangkan keberadaan kerajaan Kutai pada abad ke-4 yang telah berkembang bercorak Hindu di Kalimantan timur dan Pulau Sumatera berkembang kerajaan Melayu yang bercorak Buddha. Kemudian mulai berkembang kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha lainnya di wilayah nusantara saat itu. 

Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha mulai terdesak oleh keberadaan kerajaan-kerajaan yang lebih besar di Nusantara dan munculnya pengaruh agama Islam di Nusantara. Kerajaan Majapahit yang merupakan kerajaan Hindu Terbesar di Indonesia mampu diruntuhkan oleh kerajaan Demak yang bercorak Islam. Namun penyebab runtuhnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di nusantara bukan satu faktor saja ada faktor lain seperti perang saudara, kaderisasi yang tidak tepat, menyempitnya wilayah kekuasaan kerajaan strategis yang merupakan pusat ekonomi kerajaan.
Makam Fatimah Binti Maimun dengan tulisan Arab
Historiografi Kuno Indonesia dimulai pada abad ke-4 bersama dengan masuknya pengaruh agama Hindu-Buddha hingga berkembangnya agama Islam di Nusantara hingga abad ke-13. Historiografi kuno Indonesia memiliki ciri-ciri:

  1. Berpusat pada Raja dan Keturunannya (Religio Sentris)
  2. Kepercayaan yang berhubungan dengan kekuatan magis (Religio Magis)
  3. Bersifat kedaerahan (Regio Sentris)
  4. Mengisahkan kehidupan kaum bangsawan (Feodal Aristokrat)

2. Historiografi Kolonial

Masuknya bangsa eropa menambah kekayaan budaya di wilayah nusantara. Bangsa eropa seperti Spanyol, Portugis, Belanda, dan Inggris berlomba-lomba untuk menguasai nusantara yang kaya akan kekayaan alam. Masa pemerintahan kolonial Belanda mulai dikenal historiografi baru yang membicarakan kehidupan orang-orang eropa khususnya Belanda. Historiografi masa pemerintahan Belanda disebut Historiografi kolonial karena kebanyakan penulis sejarah berasal dari orang-orang Belanda yang bertujuan mempertegas kekuasaan Belanda di nusantara. Ciri-ciri dari Historiografi kolonial di Indonesia yaitu:
Masa Stamford Raffles dikenal Historiografi Kolonial

  1. Berpusat pada Belanda dan Eropa (Neerlandosentris-Eropasentris)
  2. Mengandung Mitos (Mitologi)
  3. Berisi diskriminasi dan penaklukan 
  4. Fokus pada tokoh-tokoh berpengaruh
  5. Mengesampingkan sumber lokal
3. Historiografi Nasional

Historiogragi Nasional adalah sebuah penulisan sejarah dari sudut pandang bangsa Indonesia dan apa yang sebenarnya dirasakan oleh masyarakat. Historiografi Nasional lahir dari keinginan bangsa Indonesia untuk menemukan fakta-fakta sejarah bertumpu pada sumber-sumber dari dalam negeri baik Lisan maupun Tulisan. Pada umumnya Historigrafi Nasional mulai mengkritisi pemerintahan kolonial yang mampu menumbuhkan nasionalisme dikalangan bangsa Indonesia. Ciri-ciri Historiografi Nasional:
Tan Malaka tokoh historiogarfi Indonesia modern
dengan judul Naar De Republiek Indonesia
  1. Berpusat pada Bangsa Indonesia (Indonesia Sentris)
  2. Mengutamakan dan membangun Karakter Indonesia (character and nation-building)
  3. Menumbuhkan dan mengembangkan Nasionalisme
  4. Berisi Kritik terhadap penjajahan di Indonesia
Historiografi Indonesia sangat bermanfaat bagi kehidupan bangsa Indonesia agar generasi-generasi selanjutnya mampu mengenali perkembangan kebudayaan dan membangun karakter bangsa Indonesia serta mempertahankannya. Historigrafi Indonesia juga dapat dijadikan sebagai rujukan atau sumber sejarah yang kredibel.