Perlawanan Bersenjata Indonesia Mengusir Penjajah

Indonesia adalah negara dengan letak geografis yang strategis berada diantara persilangan jalur perdagangan antara benua Asia dan Benua Australia.yang memiliki iklim tropis. Iklim tropis di Indonesia menyebabkan tanaman dapat tumbuh sepanjang tahun sehingga sumber daya alam sangat berlimpah dan beragam.

Kekayaan alam yang berlimpah dan letak geografis Indonesia yang sangat stategis untuk melakukan kegiatan perdagangan menjadi daya tarik bangsa asing untuk menguasai wilayah Indonesia. Tercatat ada 5 negara yang pernah berusaha menguasai wilayah Indonesia yaitu negara Spanyol, Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang.
Indonesia Penghubung Jalur  Perdagangan Laut
Kedatangan bangsa-bangsa asing di wilayah Indonesia yang dulunya dikenal dengan istilah nusantara dirasakan merugikan dan menimbulkan kesengsaraan sehingga banyak kerajaan-kerajaan di Indonesia berusaha untuk mengusir penjajah. Perlawanan-perlawanan bersenjata mulai muncul dikalangan bangsa Indonesia yang dipimpin oleh tokoh terkenal yang kemudian dikenal sebagai pahlawan yang berusaha untuk mengusir penjajah dari bumi pertiwi Indonesia.

Perlawanan Indonesia yang terkenal dalam usahanya mengusir penjajahan dari bumi pertiwi Indonesia diantaranya:
  1. Sultan Baabullah Menentang Portugis. Sultan Baabulah adalah seorang Sultan dari kerajaan Ternate yang menentang Portugis. Kebencian Sultan Baabulah terhadap Portugis disebabkan terbunuhnya Sultan Khairun oleh Portugis yang berusaha menghalangi hubungan perdagangan Banda dan Tidore serta menembaki perahu-perahu pedagang Banda yang membeli cengkih ke Tidore sehingga terjadi pertempuran 1571-1575. Sultan Baabullah berhasil mengusir Portugis dari Ternate dan menguasai daerah Ambon.
  2. Sultan Iskandar Muda Menentang Portugis. Sultan Iskandar Muda adalah adalah seorang Sultan dari Kesultanan Aceh yang beruasa tahun 1607-1639. Pada tahun 1629 Sultan Iskandar Muda berusaha mengusir Portugis yang berada di Malaka namun usahanya tidak berhasil. Namun kekalahan tersebut tidak berdampak pada kesultanan Aceh yang masih tetap sebagai kerajaan yang merdeka.
  3. Sultan Hasanuddin Menentang VOC. Sultan Hanuddin adalah seorang Sultan dari Kesultanan Gowa di Sulawesi Selatan. Sultan Hasanuddin berselisih dengan Kesultanan Bone yang dipimpin oleh Arung Palaka yang dibantu oleh VOC. Sultan Hasanuddin berhasil dikalahkan dan menandatangani perjanjian Bongaya yang isinya Belanda diperbolehkan untuk melakukan monopoli perdagangan, mendirikan benteng pertahanan, mengambil alih wilayah kekuasaan diluar Makasar dan Sultan Hasanuddin mengakui Aru Palaka sebagai Raja Bone.
    Sultan Hasanuddin
  4. Sultan Agung menentang VOC. Sultan Agung Hanyokrokusumo adalah Sultan dari kesultanan Mataram Islam. Sultan Agung mulai melawan VOC yang mulai memonopoli perdagangan. Sultan Agung kemudian berambisi mengusir VOC yang menduduki Batavia dengan melancarkan dua kali serangan. Serangan pertama tahun 1628 Sultan Agung mengusir VOC di Batavia dipimpin oleh Tumenggung Bahurekso mengalami kegagalan. Serangan kedua dilancarkan oleh Sultan Agung pada tahun 1629 dipimpin oleh Dipati Puger dan Dipati Purbaya dan berhasil menewaskan J.P. Coen yang bertahan didalam benteng Meester Cornellis dan menghancurkan benteng Hollandia. VOC berhasil melemahkan perlawanan Rakyat Mataram dipimpin oleh Sultan Agung dengan strategi mengambil lumbung-lumbung padi untuk pasokan makanan pasukan Mataram. Jarak yang jauh juga merupakan salah satu penyebab kalahnya perlawanan Mataram terhadap VOC, persenjataan yang kurang memadai dan wabah penyakit yang melanda pasukan Mataram.
  5. Kapten Patimura melawan Pemerintahan Hindia Belanda. Kedatangan kembali Koloni Belanda  ditentang oleh kalangan masyarakat Maluku. Pada Tahun 1817 muncul pertempuran melawan Belanda dipimpin oleh Kapiten Patimura. Raja-raja Patih, Para Kapitan, Tua-tua Adat dan rakyat mengangkatnya sebagai pemimpin dan panglima perang karena berpengalaman dan memiliki sifat-sfat kesatria (kabaressi) bekas Sersan Mayor militer Inggris. Kapiten Patimura berhasil merebut benteng Duurstede dan mengalahkan pasukan Belanda didalam benteng tersebut. Perang Kapiten Patimura sangat sulit dipadamkan oleh Belanda. Belanda kemudian menggunakan taktik devide et impera (politik pemecah belah) dengan memanfaatkan Raja Booi dan berhasil mengetahui keberadaan Kapiten Patimura dan menangkapnya lalu dijatuhi hukuman mati di tiang gantungan.
    Kapitan Pattimura
  6. Tuanku Imam Bonjol Menentang Pemerintahan Hindia. Tuanku Imam Bonjol adalah seorang ulama dan pemimpin dari perang Padri yang berasal dari Sumatera Barat. Perang Padri tahun 1803-1837 terjadi disebabkan oleh Belanda yang mulai mencampuri urusan politik Kesultanan Pagarugung. Belanda memanfaatkan kaum adat yang berselisih dengan kaum Padri dan terjadi perang antara kaum adat dan kaum padri. Namun pada akhirnya Kaum Adat dan Kaum Padri mulai menyadari perang yang terjadi menguntungkan Belanda. Kaum adat dan Kaum Padri akhirnya bersatu melawan Belanda, merasa terdesak Belanda mengusulkan perdamaian dan disetujui di Bonjol 15 November 1828. 
    Tuanku Imam Bonjol
  7. Pangeran Diponegoro Menentang Pemerintahan Hindia Belanda. Pangeran Diponegoro merupakan seorang putra sulung Sultan Hamengkubuwono III. Pangeran Diponegoro dikenal sebagai seorang tokoh pemimpin dalam perang diponegoro. Perang diponegoro disebabkan pembuatan jalan yang melewati makam leluhur dari pangeran Diponegoro. Perang Diponegoro adalah perang yang sangat besar dan menewaskan penduduk Jawa mencapai 200.000 jiwa, sementara korban tewas di pihak Belanda berjumlah 8.000 tentara Belanda dan 7000 serdadu pribumi. Pada akhirnya perang Diponegoro berhasil dipadamkan oleh Belanda dengan tipuan dan berhasil menangkap Pangeran Diponegoro.
    Pangeran Diponegoro
  8. Teuku Umar dan Cut Nyak Din dari Aceh Menentang Pemerintahan Hindia Belanda. Teuku Umar dan Cut Nyak Din adalah pasangan suami istri yang berjuang mengusir Belanda dari Tanah Aceh. Perang Aceh sangat sulit dikalahkan oleh Belanda, Belanda kemudian mengutus Dr. Snouck Hurgronje dan berhasil menemukan kelemahan rakyat Aceh yang hanya dapat dikalahkan dengan politik adu Domba. Belanda kemudian memanfaatkan kaum bangsawan (Uleebalang) dengan menjanjikan jabatan apabila bekerja sama dan banyak kaum bangsawan menerima tawaran Belanda. Akhirnya Perlawan rakyat Aceh berhasil dipadamkan oleh Belanda dan menewaskan Teuku Umar dalam perang di Meulaboh.
  9. Perlawanan Sisingamangaraja terhadap pemerinatahan Hindia Belanda. Perang Batak dipimpin oleh Sisingamangaraja yang berlangsung selama 29 Tahun. Pertempuran dimulai didaerah  Bahal Batu tahun 1877 menjadi pusat Konsentrasi Belanda di Tapanuli Sumatera Utara. Sisingamaraja berhasil dikalahkan dan ditangkap oleh Kapten Christoffel di Pakpak dan akhirnya gugur bersama kedua putranya Patuan Nagari dan Patuan Anggi.
  10. Pangeran Antasari Pemimpin Perang Banjar Melawan Pemerintahan Hindia Belanda. Pangeran Antasari merupakan seorang Sultan dari Kesultanan Banjar Kalimantan Selatan. Sebelum dilantik sebagai pewaris tahta Pangeran Antasari harus Berlawanan dengan Pangeran Tamjidillah. Belanda yang mulai mencampuri urusan politik kerajaan Banjar mengangkat Pangeran Tamjidillah sebagai Sultan Banjar. Namun pada kenyataannya Pangeran Tamjidillah tidak disukai oleh rakyat Banjar karena bekerja sama dengan Belanda yang menyengsarakan rakyat dengan praktek monopoli perdagangan. Pangeran Antasari kemudian bangkit menjadi seorang pemimpin melawan Sultan Tamjidillah dibantu oleh Belanda. Pangeran Antasari dibantu oleh Pangeran Hidayattulah melakukan perlawanan geriliya dan mendirikan kerajaan baru di pedalaman Kalimantan Selatan. Perlawanan rakyat Banjar dapat diatasi Belanda dengan menangkap Prabu Anom sehingga mampu menyudutkan Pangeran Antasari, Pangeran Hidayattulah yang mulai terdesak kemudian menyerak kepada Belanda. Pada 1905 Perlawanan rakyat Banjar berakhir. 
    Pangeran Diponegoro
  11. Raja Buleleng Melawan Pemerintahan Hindia Belanda. Perseteruan kerajaan Buleleng dan Belanda berawal dari dua buah kapal Belanda Kandas di Perairan Bali disita oleh Kerajaan Buleleng karena dibali berlaku hukum laut Hak Tawang Karang. Tentu saja hal ini tidak diterima oleh Belanda dengan alasan ini Belanda kemudian menyerang Kerajaan Buleleng tahun 1846 yang dipimpin oleh I Gusti Ketut Jelantik. Raja Buleleng akhirnya menyingkir ke Jagaraga dengan bantuan kerajaan Karangasem. Belanda kemudian menginvansi kerajaan Gianyar dan Klungkung pada tahun 1906 dan akhirnya daerah bali dikuasai oleh Belanda. Rakyat Bali mengerahkan seluruh kekuatan melawan Belanda dengan perang  Perang puputan jagaraga.
  12. Teungku Abdul Djalil Menentang Jepang. Teungku Abdul Djalil adalah seorang Ulama di Cot Plieng Aceh. Teungku Abdul Djalil sangat menentang kekuasaan Jepang di Aceh dengan kebijakan-kebijakan yang merugikan Rakyat Aceh. Perlawanan rakyat Aceh kemudian dipimpin oleh Teungku Abdul Djalil. Pada akhirnya Teungku Abdul Djalil berhasil ditangkap Jepang dan ditembak mati.
  13. K.H. Zainal Mustofa Menentang Jepang. K.H. Zainal Mustofa adalah seorang pemimpin perang melawan Jepang di Singaparna, Jawa Barat. K.H. Zainal Mustofa sangat menetang upacara seikerei sebuah upacara menghormati kaisar Jepang. Hal ini direspon cepat oleh Jepang dan mulai menyerang daerah Singaparna. Akhirnya K.H. Zainal Mustofa dan pengikutnya berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.
  14. H. Madrian menentang Jepang. H. Madrian merupakan seorang pemimpin perang melawan Jepang di Indramayu Jawa Barat. Jepang saat itu memeras rakyat dengan punggutan padi yang tinggi. Rakyat Lohhener dan Sindang kemudian memberontak terhadap Jepang dipimpin oleh H. Madrian. Perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Indramayu berhasil dipadamkan oleh Jepang
  15. Pemberontakan PETA di Blitar. PETA (Pembela Tanah Air) merupakan organisasi militer bentukan Jepang yang terdiri dari orang-orang Indonesia. PETA kemudian memberontak kepada Jepang dipimpin oleh Supriyadi berpangkat Shodanco (Komandan Pleton) pada 14 Februari 1945. Persiapan dan strategi yang kurang matang menyebabkan pemberontakan PETA berhasil diatasi oleh Jepang. Tokoh-tokoh PETA berhasil ditangkap diantaranya dr. Ismael, Muradi, Suparyono, Halir Mangkudidjaya, Sunanto, dan Sudarmo dan dijatuhi hukuman Mati. Hanya Supriyadi yang tidak diketahui keberadaannya, kemungkinan besar Supriyadi berhasil ditangkap dan dihukum mati tanpa melalui proses peradilan.
    Supriyadi Pemimpin Pemberontakan PETA
Perlawanan Bersenjata Indonesia mengusir penjajah juga didampingi dengan srategi diplomasi. Perjuangan bersenjata Indonesia mengusir penjajah selalu mengalami kegagalan yang disebabkan kalah dalam tekonologi dan strategi dalam menghadapai kondisi pertempuran. Selain itu masyarakat Indonesia yang belum berpendidikan dengan mudah dihasut oleh penjajah sehingga sering terjadi pertempuran sesama kalangan bangsa Indonesia.